Sabtu, 18 Oktober 2014

“Homang”, Sosok Misterius di Hutan Tapanuli.

Bagi kalangan masyarakat Tapanuli era tahun 80-an, sosok “Homang” bukanlah sesuatu yang aneh didengar.  Ada banyak peristiwa-peristiwa yang dapat dipercaya yang semakin membuat banyak orang semakin penasaran dengan keberadaan makhluk misterius ini. Benarkah “Homang” itu ada?, selanjutnya, siapakah mereka?.
Menurut cerita beberapa orang, (tentunya dari cerita ke cerita). Homang adalah makhluk bertubuh besar, mirip manusia/kera dengan rambut panjang, gigi tajam, mata merah dan hampir semua tubuhnya dipenuhi bulu-bulu. Biasanya tinggal di pedalaman hutan-hutan yang ada di Tapanuli. Homang tidak memiliki suara yang khas, namun sangat mahir dalam meniru suara manusia. Sehingga bagi orang Tapanuli, ketika ada saudara atau anggota keluarga ketinggalan di hutan, maka sangat dipantangkan memanggil nama yang bersangkutan. Sebab jika Homang mendengarnya, maka Homang juga akan ikut memanggil nama tersebut. Dan tentu si Homang berharap korban akan mendengar suaranya dan semakin mendekatinya, [homang,red]. Homang adalah makhluk pemakan tumbuhan dan daging yang ada di sekitarnya. Satu hal yang paling membahayakan keberadaannya adalah bahwa homang dapat membuat makhluk disekitarnya lupa diri, bingung dan tersesat [semacam ilmu hipnotis]. Itulah sebabnya sampai sekarang jika orang Tapanuli hilang di hutan pasti di sebut “dililuhon homang” [disesatkan homang].

Mengapa banyak orang mempercayai keberadaan Homang?
Keberadaan Homang memang tidak bisa dianggap sebagai dongeng belaka. Ada kisah yang dialami beberapa orang terkait dengan keberadaan Homang. Kisah pertama, di tahun 1980-an [kisah dari nenek saya], Seorang pria, sebut saja Parlin [40], berangkat ke tombak [hutan] untuk mengambil haminjon [kemenyan]. Parlin berangkat pada hari Selasa dan bermaksud akan pulang ke rumah di hari Sabtu sore beberapa hari berikutnya. Namun Parlin tidak pernah pulang sampai 2 tahun berikutnya. Semua anggota keluarga bolak balik keluar masuk hutan dimana Parlin biasanya mengambil haminjon. Dan hasilnya nihil sampai anggota keluarganya memutuskan untuk tidak mencarinya. Namun 2 tahun berikutnya, Parlin secara mengejutkan warga kembali dengan kondisi yang sangat berbeda. Tubuh kurus, rambut panjang, sedikit stress, pakaian lusuh. Awalnya keluarga sangat takut, namun Parlin mulai bercerita tentang pengalamannya. Dia awali ceritanya Rabu pagi-pagi buta, seseorang memanggil namanya ketika Parlin masih tertidur di sopo [pondok tempat istirahat di hutan]. Masih menurut Parlin, dia sangat yakin suara itu adalah suara temannya. Akhirnya Parlin terbangun dan segera keluar sopo. Dia mencari-cari asal suara, dan tanpa sadar Parlin semakin jauh dari soponya. Hingga dia merasa ada sesuatu yang aneh. Sesosok makhluk aneh dan sangar berada di depannya. Parlin seperti orang gila. Tidak bisa berbuat apa-apa. Dia menghabiskan waktunya di dalam sebuah lubang semacam mata air sedalam 2 meter yang kiri-kanannya banyak pohon-pohon besar. Sesekali makhluk aneh yang disebut Homang itu meninggalkannya dan kembali lagi membawakannya daging. Begitulah selama dua tahun kehidupannya. Masih menurut Palin, dia mendengar suara orang-orang ketika saudara-saudaranya mencarinya diawal dia tersesat. Namun, Parlin tidak bisa berbuat apa-apa. Dia ketakutan karena si Homang tetap menjaganya. Happy Endingnya, ketika si Homang pergi, Parlin memberanikan diri untuk kabur, dengan sisa-sisa tenaganya, dia berlari secepatnya mengikuti hati nuraninya. Hingga dia tiba disebuah perkampungan daerah Pahae. Orang-orang di kampung itu sempat mengiranya orang gila. Namun Parlin tetap tidak peduli. Parlin hanya ingin segera sampai di rumahnya dan berkumpul bersama keluarganya. Parlin berjalan selama 3 hari tanpa makan dan hanya minum hingga akhirnya dia sampai di rumahnya. Menurut nenek saya, kisah si Parlin ini sempat masuk Koran daerah Tapanuli pada tahun 1987. [I’m not sure]. Kisah kedua, ini sedikit berbeda. Namun tetap menceritakan tentang adanya Homang, meskipun agak sedikit kurang bisa dipercaya. Namun kisah ini benar terjadi. Ini terjadi tahun 2006 [?], tidak jauh dari daerah saya. Oh ya, saya berasal dari Kec. Pangaribuan, Tapanuli Utara. Sebut saja Nurdin, pria 4 anak ini berangkat ke hutan sama seperti Parlin. Namun hingga saat ini Nurdin tidak pernah ditemukan. Bahkan tanda-tanda bahwa Nurdin meninggalpun sampai sekarang juga tidak ada. Keluarga masih berharap Nurdin masih akan kembali. Hingga akhirnya keluarga memutuskan untuk bertanya pada dukun ternama [ini nih yang membuat nilai trustnya berkurang). Konon, menurut sang dukun. Nurdin masih hidup. Dan tidak jauh dari daerah dimana dia biasanya bekerja mengambil haminjon. Masih menurut dukun, Nurdin tinggal bersama makhluk besar, berambut panjang, bergigi tajam dan berbadan gelap. Nurdin katanya sangat bahagia disana. Bahkan dia bisa melihat setiap orang yang lewat dari sekitanya namun orang-orang tidak melihatnya. SS[20/10/13]